Pernah merasa menyesal karena melakukan hal yang buruk dan menyadari
seandainya mendengarkan peringatan sebelumnya? Penyesalan memang selalu
datang belakangan. Dan kadangkala perkara buruk hingga nyawa melayang
bisa menimbulkan rasa sesal yang lama hingga bertahun-tahun.
Perang Dunia kedua yang telah memakan jutaan orang, sesungguhnya bisa dihindari kalau mau mendengarkan peringatan dan prediksi sebelumnya. Tiga orang berikut ini sudah memberi prediksi jauh sebelum perang akhirnya meletus. Siapa sajakah mereka?
Perang Dunia kedua yang telah memakan jutaan orang, sesungguhnya bisa dihindari kalau mau mendengarkan peringatan dan prediksi sebelumnya. Tiga orang berikut ini sudah memberi prediksi jauh sebelum perang akhirnya meletus. Siapa sajakah mereka?
1. Billy Mitchell
Sosoknya begitu dikenal sebagai Jenderal sekaligus bapak dari Angkatan Udara Amerika Serikat saat Perang Dunia pertama. Mitchell termasuk pelopor penggunaan kekuatan udara dalam militer untuk menghadapi armada laut musuh.
Sosoknya begitu dikenal sebagai Jenderal sekaligus bapak dari Angkatan Udara Amerika Serikat saat Perang Dunia pertama. Mitchell termasuk pelopor penggunaan kekuatan udara dalam militer untuk menghadapi armada laut musuh.
Pada tahun 1925, ia menulis buku Winged Defense yang berisi peringatan,
betapa lemahnya Angkatan Laut Amerika. Mitchell bahkan memberi prediksi
bahwa Jepang bisa saja melancarkan serangan udara kepada salah satu
basis militer Amerika di Pasifik, yakni Hawaii.
Sayang, di waktu bersamaan ia harus berhadapan dengan pengadilan militer karena telah mengkritik atasannya. Akibatnya, tak ada yang mengindahkan peringatan yang sudah ia tulis. Seperti kita tahu, kekhawatiran Mitchell terbukti saat Jepang membombardir Pearl Harbor, Hawai sebagai salah satu pencetus keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia II.
2. Ferdinand Foch
Siapa dia? Seorang tentara Prancis sekaligus pahlawan Perang Dunia I. Setelah perang berakhir dengan penandatanganan perjanjian Versailles di tahun 1919, Foch merasa perjanjian tersebut tidak menjanjikan keamanan yang pasti bagi Prancis. Ia melihat, ini hanya untuk melemahkan kedudukan Jerman di satu sisi.
Sayang, di waktu bersamaan ia harus berhadapan dengan pengadilan militer karena telah mengkritik atasannya. Akibatnya, tak ada yang mengindahkan peringatan yang sudah ia tulis. Seperti kita tahu, kekhawatiran Mitchell terbukti saat Jepang membombardir Pearl Harbor, Hawai sebagai salah satu pencetus keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia II.
2. Ferdinand Foch
Siapa dia? Seorang tentara Prancis sekaligus pahlawan Perang Dunia I. Setelah perang berakhir dengan penandatanganan perjanjian Versailles di tahun 1919, Foch merasa perjanjian tersebut tidak menjanjikan keamanan yang pasti bagi Prancis. Ia melihat, ini hanya untuk melemahkan kedudukan Jerman di satu sisi.
Hebatnya, ia bisa meramalkan dengan tepat saat mengatakan, "Ini bukan
perdamaian. Ini hanya gencatan senjata selama 20 tahun." Seperti yang
dicatat sejarah, tahun 1939 - tepatnya 20 tahun 26 hari setelah
perjanjian Versailles, Perang Dunia II meletus.
Ironis, peringatannya tidak diindahkan oleh orang paling berpengaruh, Presiden Woodrow Wilson serta Perdana Menteri David George. Mereka berpikir Foch terlalu khawatir. Sang presiden yakin kalau Jerman akan menjaga kehormatan mereka untuk mematuhi perjanjian yang telah dibuat.
3. Isoroku Yamamoto
Boleh jadi Yamamoto menjadi tokoh paling unik. Ia sebenarnya jadi dalang serangan angkatan udara Jepang kepada armada laut Amerika di Pearl Harbor, Hawaii. Padahal, dari awal ia sudah tahu kalau serangan tersebut tidak akan berpengaruh banyak bagi Jepang untuk melumpuhkan kekuatan Amerika Serikat.
Ironis, peringatannya tidak diindahkan oleh orang paling berpengaruh, Presiden Woodrow Wilson serta Perdana Menteri David George. Mereka berpikir Foch terlalu khawatir. Sang presiden yakin kalau Jerman akan menjaga kehormatan mereka untuk mematuhi perjanjian yang telah dibuat.
3. Isoroku Yamamoto
Boleh jadi Yamamoto menjadi tokoh paling unik. Ia sebenarnya jadi dalang serangan angkatan udara Jepang kepada armada laut Amerika di Pearl Harbor, Hawaii. Padahal, dari awal ia sudah tahu kalau serangan tersebut tidak akan berpengaruh banyak bagi Jepang untuk melumpuhkan kekuatan Amerika Serikat.
Toh, tak ada yang mendengarkan prediksi Yamamoto. Alasanya sederhana, karena semua masyarakat Jepang saat itu dibakar oleh semangat nasionalisme yang tinggi. Rakyat justru memandang pikiran Yamamoto ini menunjukkan kelemahannya sebagai pemimpin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar