Mengapa
korupsi sulit diberantas?
Kasus
korupsi di Indonesia seakan sulit dihentikan. Hampir setiap hari, masyarakat
disuguhkan pemberitaan mengenai kasus korupsi. Mengapa korupsi di Indonesia
sulit diberantas?
Korupsi di Indonesia sudah sangat
merajalela. Kenyataannya bahwa masyarakat Indonesia sudah memandang korupsi
sebagai sesuatu yang wajar, walaupun banyak yang mengatakan anti tapi dalam
kehidupan sehari-hari mereka yang anti ini juga turut mempraktekkan korupsi
baik secara sadar maupun tidak.
Dalam realita keseharian yang namanya komisi, persenan, angpao,
tanda terima kasih, uang jasa, uang lelah, uang jajan,uang bensin, uang rokok,
dan seterusnya adalah istilah umum yang digunakan untuk menyebut tips yang
diterima dari sebuah transaksi atau kegiatan bisnis.
Sebenarnya batasan antara hadiah, pemberian, atau sebagainya
dengan korupsi sangat jelas sekali. Bila tidak ada transaksi apapun, maka
hadiah hanyalah sekedar hadiah. Tetapi bila antara penerima hadiah dan pemberi
hadiah memiliki suatu hubungan baik langsung atau tidak terhadap suatu
transaksi maka setiap pemberian memiliki makna untuk membiaskan netralitas dan
menyebabkan timbulnya conflict of interest. Itu sudah merupakan
bentuk korupsi.
Sejak reformasi pada tahun 1998, berbagai kasus-kasus korupsi di
Indonesia yang sudah terjadi puluhan tahun satu persatu mulai terbongkar. Dalam
berbagai ukuran, namun rata-rata bernilai ratusan hingga milyaran rupiah uang
negara telah dicuri oleh para wakil-wakil rakyat Indonesia sendiri. Jadi
pencuri di negeri sendiri, itulah julukan yang tepat untuk seorang koruptor.
Rata-rata kasus-kasus korupsi di Indonesia tidak berakhir pada
penyelesaian keputusan yang adil bagi hati nurani rakyat Indonesia. Kasusnya
berlarut-larut dan menghilang begitu saja. Kalaupun sampai pada keputusan hakim
peradilan, lagi-lagi hukumannya tidak memberi keadilan bagi rakyat Indonesia,
yang berkali-kali uangnya dicuri oleh para koruptor.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kasus-kasus korupsi di
Indonesia sulit untuk diselesaikan. korupsi merupakan penyakit kronis bangsa
Indonesia. Selama hampir lebih dari tiga puluh dua tahun, penyakit dan virus
korupsi berkembang subur. Keberadaanya dilindungi dan dikembangbiakkan. Dari tingkat
RT yang paling rendah bahkan sampai level tertinggi pejabat negara.
perkembangan yang cukup subur ini mengakibatkan penyakit korupsi telah
menjangkiti sebagian generasi yang kemudian diwariskan ke generasi berikutnya.
Oleh karena itu, salah satu cara untuk memutuskan rantai generasi korupsi
adalah dengan menjaga kebersihan generasi muda dari jangkitan virus korupsi.
Kemampuan korupsi yang dimiliki oleh koruptor bukan merupakan
“kelebihan” yang dimilikinya tetapi merupakan sifat yang sudah tertanam sejak
kecil dan juga karena didikan keluarga. Masih ingat iklan korupsi? Disana ada
sebuah tokoh kalau tidak salah namanya Andi. Sejak ia masih sekolah, ia
mencontek saat ujian dan menyalahkan temannya ketika guru menegurnya. Pada saat
ia mulai remaja, ia berbohong kepada kekasihnya kalau yang menelpon adalah
mamanya padahal selingkuhannya. Saat ia sudah mulai dewasa, dijalan ia
menerobos lampu merah dan diberi sanksi oleh polisi, ia malah memberi suap
kepada polisi agar tak memperpanjang kasusnya. Dan pada saat ia sudah bekerja,
ia menerima suap dari rekan bisnisnya tanpa rasa bersalah sedikitpun. Dari
ilustrasi tadi terlihat jelas, kebiasaan korupsi dimulai dari kecil dan akan
terbawa terus sampai tua. Maka sangat dibutuhkan peran orang tua untuk memberi
pendidikan yang baik kepada anak-anaknya, baik pendidikan bernegara ataupun
pendidikan agama.
Peluang atau kesempatan akan tercipta jika adanya kelalaian. Para
koruptor akan melihat sekecil apapun celah untuk ia mengambil uang rakyat.
Korupsi dapat terjadi dimana saja, di lembaga pendidikan, pelayanan masyarakat,
bahkan lembaga keagamaan pun kasus korupsi dapat tumbuh. Memang korupsi sudah
tumbuh subur di Indonesia ini.
Korupsi korupsi korupsi. Menurut survey persepsi korupsi, indonesi
masuk urutan ke-5 sebagai Negara paling korup. Banyak sekali imbauan-imbauan
dari pemerintah untuk menanamkan jiwa anti korupsi. Contohnyaimbauan lewat
iklan dengan memasang beberapa pejabat Negara sebagai model anti korupsi salah
satunya Angelina Sondakh. Di imbauan iklan itu sangat jelas sekali, Angelina
Sondakh meminta masyarakat untuk tidak mendukung kasus korupsi (anti korupsi).
Tak lama kemudian, Angelina Sondakh malah tertangkap KPK dengan kasus korupsi.
Sangat membingungkan bukan? Dia yang menyuruh masyarakat untuk anti korupsi
malah dia yang menjadi tersangka korupsi.
Korupsi di Indonesia sulit diberantas karena beberapa penyebab,
yaitu:
Hukuman kurang tegas
Kurang tegasnya hukuman bagi para koruptor membuat mereka
tidak menjadi jera dengan apa yang telah mereka perbuat. Pemerintah kita hanya
memberi hukuman yang ringan bagi para koruptor, hukuman itu tidak setimpal
dengan apa yang telah mereka perbuat. Mereka mengambil uang rakyat untuk
kekayaan pribadi yang jumlahnya tidak sedikit, namun hukumannya hanya beberapa tahun
dan hanya ditambah denda yang berjumlah hanya puluhan juta. Coba kita lihat
Cina, para koruptor disana dihukum mati dengan memenggal kepalanya, di Arab
Saudi, koruptor-koruptor di potong tangannya sesuai dengan syariat islam,
sangat berbeda jauh kan dengan hukuman yang ditetapkan pemerintah Indonesia?.
Hukuman di Indonesia kurang tegas dan berat, sehingga para koruptor berfikir
tak mengapa dipenjara, yang penting keluarga hidup bergelimpah harta dan ketika
bebas masih dapat menikmati harta hasil korupsi. Bila saja hukuman bagi para
koruptor lebih berat (seperti hukuman mati), mungkin para calon koruptor akan
berfikir ribuan kali untuk mengambil uang rakyat, dan pastinya kasus korupsi di
negeri ini akan turun drastis.
Korupsi dilakukan secara sistematis
Pelaku korupsi tidak hanya bekerja seorang diri, mereka
memiliki komplotan-komplotan agar dapat mengeruk uang rakyat dengan mudah. Tak
jarang pula aparat juga ikut dalam komplotan tersebut. Para koruptor memang
bisa dibilang cukup lihai merencanakan penggelapan dana yang akan mereka
lakukan. Namun sepandai apapun menyembunyikan bangkai, pasti akan tercuim juga
baunya. Dari beberapa kasus korupsi di Indonesia yang sudah terkuak, awalnya
hanya satu orang yang diketahui melencengkan uang rakyat, namun tak beberapa
lama banyak nama-nama yang ikut terseret dalam kasus itu.
Kesempatan untuk balik modal
Ditekankan lagi, korupsi dapat terjadi dimanapun, dan oleh
siapapun. Misalkan seseorang yang mencalonkan diri menjadi wakil rakyat. Pada
saat kampanye dia menggunakan uang pribadinya untuk kelancaran proses kampanye.
Milyaran rupiah rela dikeluarkan agar masyarakat memilih dirinya. Setelah
terpilih menjadi wakil rakyat, misi pertamanya yaitu mengembalikan modal yang
telah dikeluarkannya pada saat kampanye. Janji-janjinya kepada rakyat seperti
diabaikan begitu saja. Dana yang seharusnya untuk mensejahterakan rakyat, malah
digelontorkan ke rekening pribadinya atau mungkin untuk membayar cicilan mobil
mewahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar